Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Kabupaten Pulau Taliabu

Gambar
Kabupaten Pulau Taliabu adalah salah satu kabupaten di provinsi Maluku Utara, Indonesia. Pulau Taliabu merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sula yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Pembagian administratif Kabupaten Pulau Taliabu dibagi menjadi 8 kecamatan, antara lain: Taliabu Bara Ibukota Kecamatan Bobong Taliabu Barat Laut Ibukota Kecamatan Nggele Taliabu Timur Ibukota Kecamatan Samuya Taliabu Timur Selatan Ibukota Kecamatan Losseng Taliabu Selatan Ibukota Kecamatan Pancadu Taliabu Utara Ibukota Kecamatan Gela Lede Ibukota Kecamatan Lede Tabona Ibukota Kecamatan Tabona  Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul), Maluku Utara, mengalokasikan dana dari APBD sebesar Rp20 miliar per tahun selama tiga tahun untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas pemerintahan di Kabupaten Pulau Taliabu. “Kami telah anggarkan dana untuk mendukung pembangunan infra

Kabupaten Morotai

Gambar
Pulau Morotai (695 mil persegi/1.800 km²) adalah nama sebuah pulau sekaligus kabupaten definitif baru yang terletak di kepulauan Halmahera , Kepulauan Maluku , Indonesia . Sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara , ia merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia. Kabupaten Pulau Morotai diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia , Mardiyanto , pada 29 Oktober 2008 , sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara . Daftar Kecamatan Morotai Jaya Morotai Selatan Morotai Selatan Barat Morotai Timur Morotai Utara Batas Wilayah Utara Laut Halmahera Selatan Selat Morotai Barat Laut Halmahera Timur Laut Halmahera Sejarah Selama abad ke-15 dan 16, Morotai berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate yang berkuasa. Merupakan inti sebuah kawasan besar bernama Moro yang termasuk pulau dan pesisir Halmahera yang dekat dengan Morotai ke selatan. Pada pertengahan abad ke-16, pulau ini menjadi tempat misi Yesuit Portugis . Kesu

Kota Ternate

Gambar
  Jejak sejarah “Segera ke timur nusantara dan temukan ternate kepulauan rempah-rempah” (Alfonso Albuquerque, penjelajah Portugis) Sebuah pesan pendek ditintahkan penjelajah Eropa yang juga menjadi tentara portugis yang paling masyhur yaitu Alfonso de Albuquerque (1453-1515). Usai menaklukan malaka dan tiba di Gowa, pria yang juga disapa Alfonso the Great ini memerintahkan bawahannya si penakluk de Abrea dan Fransisco serrau untuk segera menemukan ternate sebagai pulau rempah-rempah yang kaya. Ini adalah abad ke -16, sebuah masa di mana ternate terus memancarkan pesona bagi berbagai bangsa eropa dan membangkitkann hasrat akan kolonialisme dan pencaplokan wilayah. Alfonso dikenal sebagai pria yang melebarkan sayap kekaisaran portugis dibelahan bumi asia. Pria yang sudah ikut dalam berbagai penaklukan besar diantaranya penaklukan kekaisaran Ottoman di turki hingga Tanjung Harapan di India ini, justru memiliki obsesi besar untuk menemukan ternate. Saat itu, ternate ditut

Kabupaten Halmahera Selatan

Gambar
Kabupaten Halmahera Selatan pada awalnya adalah bagian dari Kabupaten Maluku Utara.Terhitung sejak 25 Februari 2003, wilayah di selatan Pulau Halmahera ini otonom esbagai kabupaten. Bersama dengan dua saudaranya yaitu Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Kepulauan Sula. Kabupaten ini memiliki luas 8.892,4 km2 yang terbagi menjadi 9 kecamatan dengan Labuha sebagai ibukota kabupaten. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah di sebelah utara, Laut Seram di sebelah selatan, Laut Halmahera di sebelah timur dan Laut Maluku di sebelah barat.Dengan luas perairan yang mencapai 31.484 kilometer persegi dan merupakan empat kali luas daratan menjadikan kabupaten ini memiliki aset yang tidak sedikit. Bagi Halmahera Selatan sendiri, laut beserta isinya merupakan harta karun yang belum tergarap dengan maksimal. Aneka ikan pelagis atau ikan permukaan berbagai ukuran seperti tuna, cakalang, tongkol dan lain-lain berdiam didalamnya. Belum lagi ikan demersial seperti ka

Kabupaten Halmahera Utara

Gambar
USIA boleh muda, tetapi peran dalam sejarah dunia perlu diperhitungkan. Sebagian wilayah kabupaten yang baru mekar tanggal 23 Februari 2003 berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2003 ini pernah ikut andil dalam sejarah Perang Dunia II. Salah satu wilayahnya, Pulau Morotai, menjadi saksi bisu dalam pertempuran antara tentara Jepang dan sekutu yang dikomandani Amerika Serikat. Pada zaman Perang Dunia II, pulau ini menjadi pangkalan militer pasukan Amerika Serikat. SISA-sisa peninggalan perang, seperti meriam, benteng, dan senapan, masih dapat dijumpai di pulau ini. Namun, sayang, sisa-sisa peninggalan itu sudah jarang ditemui karena oleh masyarakat setempat barang tersebut dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan. Rongsokan senjata dilebur menjadi kerajinan besi putih yang dihiasi mutiara. Lokasi peninggalan Perang Dunia (PD) II ini berpotensi menjadi tempat pariwisata unggulan. Sampai sekarang, ada beberapa mantan tentara PD II yang bernostalgia mengenang keterlibatan mereka di Hal

Kabupaten Halmahera Tengah

Gambar
SEJARAH kembalinya Irian Barat yang kini dikenal dengan Papua ke pangkuan Ibu Pertiwi menorehkan nama Halmahera Tengah di dalamnya. Tahun 1956 wilayah ini termasuk bagian Provinsi Irian Barat. Tak hanya itu, daerah yang baru saja mengalami pengurangan wilayah di awal tahun 2003 ini adalah basis perjuangan merebut Irian Barat. HAMPIR setengah abad lalu peristiwa itu terjadi. Meski demikian, hal bersejarah ini tak pernah lekang dimakan waktu. Ini tercermin dari arti gelombang laut, sudut Salawaku, dan gugusan pulau/gunung pada lambang Kabupaten Halmahera Tengah. Tidak tanggung-tanggung, wilayah Kabupaten Halmahera Tengah berkurang hampir 80 persen. Kecamatan Tidore dan Oba menjadi bagian Kota Tidore Kepulauan, sementara Kecamatan Maba dan Wasile masuk dalam naungan Kabupaten Halmahera Timur. Ini berarti mengurangi potensi sumber daya alam, dengan menyisakan Kecamatan Weda dan Kecamatan Patani Gebe yang kemudian dipisahkan menjadi Kecamatan Patani dan Kecamatan Pulau Gebe

Kabupaten Halmahera Timur

Gambar
TERSEBUTLAH sebuah nama di bagian utara kabupaten, Subaim. Nama tempat sekaligus ibu kota Kecamatan Wasile ini tergolong daerah istimewa di Halmahera Timur. Membawahi sedikitnya delapan satuan permukiman penduduk, daerah ini menjadi sentra beras di kabupaten, bahkan mencakup Halmahera Tengah, kabupaten induknya dahulu. OLEH transmigran asal Pulau Jawa yang masing-masing 1.000-2.000 orang setiap satuan permukiman (SP), wilayah tersebut digarap hingga menghasilkan padi 20.665 ton tahun 2002. Jumlah tersebut merupakan hasil tuaian di atas lahan panen 6.885 hektar. Meski demikian, malang bagi kabupaten muda ini. Hasil panen tersebut tidak beredar di daerah sendiri, tetapi justru lari ke Tobelo di Kabupaten Halmahera Utara, tetangganya. Buat para petani, menyeberangi Teluk Kau selama dua jam dengan long boat, angkutan air bagi masyarakat setempat, lebih menguntungkan ketimbang harus ke Maba, ibu kota kabupatennya sendiri. Pasalnya, bukan perkara mudah untuk berjalan menuju

Kota Tidore Kepulauan

Gambar
SEJARAH Tidore yang dahulu berbentuk kesultanan memang tak lepas dari letaknya di pesisir Laut Maluku dan kekayaan hasil bumi rempah-rempah. Posisi itu pernah menjadikannya salah satu sentra perdagangan di Indonesia Timur. Status sebagai kota bandar rempah-rempah dimiliki Tidore bersama dengan tiga kerajaan lain, yakni Ternate, Bacan, dan Jailolo. Keempat kerajaan yang dipimpin seorang sultan itu adalah daya tarik bagi datangnya pedagang rempah-rempah dunia dari Eropa, seperti Portugis, Spanyol, dan Inggris, maupun Arab serta wilayah Asia lainnya. Kejayaan keempat kesultanan itu sebagai kota bandar, sekaligus "negeri" bumbu masak, masih tetap dikenang sampai sekarang. Kota Tidore Kepulauan adalah wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Tengah sebagai kabupaten induk. Pesona Tidore sebagai produsen cengkeh dan pala masih menancap hingga kini meski tidak sekuat dahulu. Terutama cengkeh yang harganya di pasaran sangat fluktuatif. Walau tidak mengandalka

Kabupaten Halmahera Barat

Gambar
PETA Indonesia barangkali merupakan peta yang selalu ketinggalan zaman. Selama lima tahun belakangan ini pemekaran demi pemekaran wilayah terus terjadi sedemikian pesatnya, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten, hingga kecamatan. MALUKU juga tidak terhindar dari pemekaran. Presiden BJ Habibie menandatangani Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 yang memekarkan Provinsi Maluku menjadi Maluku dan Maluku Utara (Malut) yang membawahi Kabupaten Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Tengah serta Kota Ternate. Empat tahun kemudian, pada tanggal 25 Februari 2003, Presiden Megawati Soekarnoputri menandatangani Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang terbentuknya Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan di Provinsi Malut. Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Sula merupakan pemekaran dari Kabupaten Maluku Utara. Luas wilayah Kabupaten Maluku Utara sem

Kabupaten Kepulauan Sula

Gambar
SIBUK berbenah membangun pemerintahan yang baru, setidaknya dapat terlihat dari kegiatan pembangunan gedung perkantoran di sentra pemerintahan yang baru. Saat ini yang secara fisik sudah terlihat berdiri dan siap dipakai adalah gedung kantor bupati. Sebelumnya Sula adalah bagian dari Kabupaten Maluku Utara, terpecah menjadi Kabupaten Halmahera Utara dan Halmahera Selatan. Sementara kabupaten induk berubah nama menjadi Kabupaten Halmahera Barat. Setelah setahun berdiri, wilayah yang terdiri atas enam kecamatan ini masih pada tahap pembenahan infrastruktur, khususnya di pemerintahan. Keterbatasan yang dimiliki kabupaten yang wilayahnya terdiri atas tiga pulau besar ditambah pulau-pulau kecil di sekelilingnya ini tak hanya seputar gedung pemerintahan atau telekomunikasi. Untuk masalah transportasi misalnya, meski tersedia pesawat jenis Cassa milik maskapai penerbangan Merpati yang lepas landas dari Ternate ke Bacan sebelum sampai di Bandara Sanana, jadwalnya dua - tig